Apa Itu Anemia? – Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ tubuh tidak mendapat cukup oksigen sehingga membuat penderita anemia pucat dan mudah lelah.
Anemia bisa terjadi sementara atau dalam jangka panjang dengan tingkat keparahan ringan sampai berat. Anemia merupakan gangguan darah atau kelainan hematologi yang terjadi ketika kadar hemoglobin (bagian utama dari sel darah merah yang mengikat oksigen) berada di bawah normal.
Orang dewasa dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya di bawah 14 gram per desiliter untuk laki-laki dan kurang dari 12 gram per desiliter untuk wanita. Anemia dengan kadar hemoglobin di bawah 8 gram per desiliter sudah tergolong berat. Kondisi ini disebut dengan anemia gravis. Pengobatan anemia tergantung kepada penyebab yang mendasarinya, mulai dari konsumsi suplemen zat besi, transfusi darah, sampai operasi.
Penyebab Anemia
Sumsum tulang merupakan jaringan lunak yang terdapat di bagian tengah tulang yang membantu membentuk semua sel darah dalam tubuh. Sel darah merah yang sehat memiliki masa hidup selama 90 hingga 120 hari. Setelah itu, sel darah merah tua akan terganti dengan sel darah merah baru yang lebih sehat, dan proses ini akan berlangsung secara kontinyu alias terus-menerus.
Guna bisa membuat lebih banyak sel darah merah di dalam tubuh, ada sebuah hormon yang dinamakan erythropoietin (EPO) yang dibuat di ginjal. Sementara itu, hemoglobin adalah protein yang bertugas sebagai pembawa oksigen dalam sel darah merah. Jenis protein inilah yang memberikan warna merah pada sel darah merah. Bagi pengidap anemia, mereka tidak memiliki cukup hemoglobin.
Adapun kemungkinan penyebab anemia meliputi:
- Konsumsi obat-obatan tertentu.
- Adanya eliminasi yang terjadi lebih awal dari biasanya pada sel darah merah yang disebabkan oleh masalah kekebalan tubuh.
- Memiliki riwayat penyakit kronis, seperti kanker, ginjal, rheumatoid arthritis, atau kolitis ulserativa.
- Mengidap beberapa bentuk anemia, seperti thalasemia atau anemia sel sabit yang bisa diturunkan.
- Sedang hamil.
- Memiliki masalah kesehatan dengan sumsum tulang, seperti limfoma, leukemia, anemia aplastik atau myelodysplasia, dan multiple myeloma.
Sementara itu, faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami anemia, di antaranya:
- Stimulasi produksi sel darah merah yang tidak memadai dipengaruhi oleh hormon.
- Hipotiroidisme.
- Beberapa gangguan kesehatan yang dapat meningkatkan kerusakan sel darah merah.
- Kekurangan vitamin dan nutrisi, seperti rendah zat besi, vitamin B12, dan folat.
- Gangguan kesehatan pada usus, sehingga kemampuan menyerap nutrisi dan vitamin berkurang.
- Memiliki penyakit kronis.
- Penyakit keturunan atau diturunkan dari orangtua.
- Faktor lain, seperti paparan zat beracun, kondisi imun tubuh, dan sebagainya
Gejala Anemia
1. Kelelahan
Kelelahan adalah gejala paling umum akibat kurang darah. Namun, kelelahan yang jadi ciri-ciri anemia sedikit berbeda dengan kelelahan biasa.
Kelelahan atau kecapekan terjadi karena tubuh Anda kekurangan hemo globin.
Hemoglobin merupakan protein khusus yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan mengangkutnya ke seluruh tubuh lewat bantuan sel darah merah.
Ketika tubuh kekurangan hemoglobin, otomatis semua sel dan jaringan tubuh Anda akan kekurangan oksigen.
Akibatnya, jantung harus bekerja lebih keras untuk mengalirkan sel darah merah beroksigen ke seluruh tubuh. Itu sebabnya, Anda jadi merasa cepat lelah.
2. Kulit pucat
Kulit pucat adalah salah satu ciri-ciri umum dari anemia. Hemoglobin adalah pemberi warna merah pada darah.
Jaringan kulit itu sendiri memiliki banyak pembuluh darah kecil. Rona kulit kita sedikit banyak dipengaruhi oleh sirkulasi darah yang lancar.
Itu sebabnya ketika kadar hemoglobin rendah, kulit dapat berwarna pucat.
Warna kulit pucat sebagai gejala kurang darah dapat terlihat pada seluruh bagian tubuh, atau bagian tertentu saja.
Namun, area yang biasanya tampak lebih mudah memucat adalah wajah, gusi, bagian dalam bibir, kelopak mata bawah, dan punggung kuku.
Seseorang yang kulit tubuhnya pucat biasanya sudah mengalami gejala anemia sedang hingga berat.
3. Pusing dan sakit kepala
Sensasi pusing atau kliyengan seperti terasa berputar yang muncul tiba-tiba bisa menjadi gejala anemia.
Penyebabnya pun sama, yaitu karena tubuh kekurangan persediaan hemoglobin yang cukup.
Selain bertugas untuk memberi warna merah pada darah, hemoglobin berfungsi untuk membawa oksigen dan nutrisi ke sekujur tubuh.
Ketika kadar hemoglobin rendah, pasokan oksigen mungkin tidak dapat sampai ke otak. Itu sebabnya, Anda merasakan pusing, terutama saat berdiri dari duduk atau berbaring.
Selain itu, kekurangan oksigen juga membuat pembuluh darah di otak bengkak dan menekan bagian lainnya sehingga menyebabkan sakit kepala.
4. Sesak napas
Kurangnya kadar hemoglobin di dalam darah berimbas pada kurangnya pasokan oksigen ke seluruh tubuh.
Kondisi ini membuat otot tak mendapat cukup oksigen untuk bisa melakukan aktivitas normal sehari-hari, seperti berjalan, naik turun tangga, hingga saat berolahraga ringan.
Ketika kadar oksigen tak mencukupi, laju pernapasan menjadi meningkat. Ini merupakan salah satu cara tubuh untuk bisa mendapatkan oksigen yang mencukupi.
Namun, semakin paru-paru bekerja keras untuk menampung oksigen, dada akan terasa sesak meski hanya melakukan aktivitas ringan.
5. Jantung berdebar
Ciri-ciri anemia akibat kekurangan zat besi umumnya menimbulkan sensasi jantung berdebar kencang, yang disebut palpitasi.
Minimnya kadar hemoglobin dalam darah membuat jantung harus bekerja ekstra keras untuk mengalirkan darah beroksigen. Itu sebabnya, jantung berdetak lebih cepat dan kencang karena berusaha memompa oksigen.
Gejala ini biasanya terjadi ketika Anda sudah menderita anemia dalam waktu yang sudah cukup lama.
6. Kulit dan rambut kering
Gejala anemia juga bisa lihat dari kondisi kulit dan rambut. Kulit yang kering serta rambut rusak biasanya menjadi salah satu tanda bahwa seseorang kekurangan zat besi.
Ini karena pasokan oksigen dan nutrisi ke berbagai berbagai organ dan jaringan tubuh berkurang. Kekurangan oksigen membuat jaringan menjadi lebih lemah termasuk pada kulit dan rambut.
Bahkan, beberapa orang yang memiliki anemia juga mengalami gejala rambut rontok.
7. Lidah bengkak serta mulut terasa sakit
Ciri-ciri lain yang menandakan bahwa Anda mengalami anemia adalah lidah bengkak, meradang, dan berwarna pucat.
Kondisi ini lagi-lagi disebabkan rendahnya kadar hemoglobin sehingga membuat lidah tak lagi berwarna pink seperti seharusnya.
Sementara itu, rendahnya kadar mioglobin juga memunculkan rasa sakit pada lidah dan menyebabkannya bengkak. Mioglobin merupakan protein di dalam sel darah merah yang membantu mendukung kerja otot.
Gejala anemia juga menyebabkan masalah mulut lainnya, seperti mulut kering, retakan merah di sudut bibir, dan sariawan.
8. Tangan dan kaki dingin
Gejala kurang darah akibat anemia defisiensi zat besi dapat membuat tangan dan kaki terasa dingin. Hal ini disebabkan karena minimnya suplai oksigen yang dialirkan dari jantung menuju kedua bagian tersebut.
Sebagian orang bahkan lebih mudah merasa dingin pada hari tertentu dibandingkan hari-hari lain karena penyakit ini.
Baca juga Hati – Hati, Ini Penyebab Stroke Ringan!
Pecegahan Anemia
1. Makan makanan kaya zat besi
Zat besi sangat diperlukan tubuh untuk menghasilkan hemoglobin di dalam sel darah merah.
Hemoglobin adalah zat yang memberi warna merah dan memungkinkan sel darah membawa oksigen ke seluruh tubuh Anda.
Maka dari itu, memperbanyak makan makanan tinggi zat besi bisa menjadi salah satu upaya pencegahan anemia yang cukup mudah dilakukan. Beberapa makanan yang mengandung zat besi, antara lain:
- daging tanpa lemak,
- telur,
- sayuran hijau, seperti bayam dan sawi, dan
- sereal yang diperkaya zat besi.
Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) dari Kementerian Kesehatan Indonesia, orang dewasa setidaknya butuh 26 mg zat besi per hari untuk mencegah anemia kambuh.
2. Makan makanan mengandung vitamin B12
Cara lain untuk mencegah anemia adalah dengan makan makanan tinggi vitamin B12.
Vitamin B12 adalah nutrisi penting yang dapat membantu menjaga kesehatan saraf, membuat DNA, dan berperan penting dalam pembentukan sel darah merah sehat.
Masih mengutip tabel AKG milik Kemenkes, orang dewasa disarankan mencukupi kebutuhan vitamin B12 sebanyak 2,6 mcg setiap hari sebagai langkah pencegahan anemia.
Sumber vitamin B12 bisa Anda dapatkan dari makanan, seperti:
- hati hewan, seperti sapi dan ayam,
- kerang laut,
- ikan,
- daging,
- unggas,
- telur, dan
- susu dan produk susu lainnya yang mengandung vitamin B12.
3. Makan makanan mengandung asam folat
Asam folat (vitamin B9) membantu tubuh membuat sel-sel baru, termasuk sel darah merah baru untuk menggantikan sel darah merah yang mati.
Itu sebabnya, asam folat menjadi salah satu nutrisi penting untuk mencegah anemia.
Makanan yang mengandung asam folat bisa Anda dapatkan dari:
- sayuran berdaun hijau, seperti bayam,
- buah jeruk,
- kacang polong,
- roti,
- sereal,
- nasi, dan
- pasta.
4. Mengonsumsi makanan mengandung vitamin C
Sering mengonsumsi makanan atau buah yang mengandung vitamin C dapat menjadi cara mencegah anemia secara alami.
Orang dewasa setidaknya butuh 75 mg vitamin C dalam sehari untuk menjaga kesehatan sel darah dan fungsi tubuh lainnya tetap sehat.
Vitamin C berperan dalam penyerapan zat besi di dalam usus halus. Inilah alasannya orang yang kekurangan vitamin C berisiko mengalami anemia.
5. Berikan susu sapi pada anak mulai 1 tahun ke atas
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), memberikan susu sapi pada bayi bisa menjadi salah satu upaya pencegahan anemia sejak dini.
Namun, pastikan Anda memberikan susu sapi pada anak saat usianya—setidaknya—mulai satu tahun ke atas.
Hal ini lantaran susu formula yang terbuat dari sapi memiliki kandungan zat besi yang rendah.
Masih dari AAP, susu sapi juga dapat mengiritasi lapisan usus bayi sehingga memicu perdarahan dan hilangnya zat besi di dalam tubuh anak.
Meski risikonya kecil, bayi yang terlalu cepat mengonsumsi susu sapi bisa berisiko kekurangan zat besi. ASI masih menjadi asupan nutrisi terbaik untuk bayi di bawah satu tahun.
Namun, apabila karena kondisi tertentu Anda harus memberikan susu formula pada bayi yang belum genap 1 tahun, cobalah memberikan susu kedelai untuk mencegah anemia.
Anda mungkin juga perlu berkonsultasi dengan dokter untuk menemukan pengganti ASI yang tepat sesuai dengan kebutuhan gizi bayi Anda.
6. Berhenti minum alkohol
Minuman memabukkan dinilai dapat menurunkan produksi sel darah merah di sumsum tulang. Ini karena alkohol menyebabkan nutrisi dari makanan lain tidak dapat terserap tubuh dengan baik.
Nutrisi yang banyak berkurang karena minum alkohol umumnya adalah vitamin B12 dan folat.
Padahal, vitamin B12 dan asam folat sangat berguna untuk memproduksi sel darah merah. Itu sebabnya, segeralah berhenti minum alkohol sebagai salah satu cara untuk mencegah anemia.
7. Masak pakai peralatan yang terbuat dari besi
Pencegahan anemia juga dapat dilakukan dengan memasak menggunakan peralatan berbahan besi (flat iron).
Panci dan wajan yang terbuat dari besi akan membantu memasukkan kadar zat besi ke dalam masakan Anda.
Meskipun belum dapat dipastikan apa hubungannya, beberapa penelitian menemukan bahwa wajan atau panci dari besi dapat melepaskan zat besi dari makanan yang dimasak.
Namun tidak semua bahan masakan bisa mengeluarkan zat besi saat dimasak di wajan besi.
Cara mencegah anemia ini hanya bisa dilakukan pada makanan yang rasanya asam, misalnya saus tomat dan hidangan yang diolah dengan cuka, lemon, atau jus jeruk nipis.
Upaya pencegahan anemia ini akan berdampak optimal apabila bahan masakan yang rasanya asam dimasukkan terakhir, sesaat sebelum makanan matang, dan langsung disajikan.
8. Menggunakan KB hormon
Ketidakseimbangan hormon dapat menyebabkan rahim menebal secara berlebihan. Akibatnya, Anda mengalami perdarahan menstruasi yang lebih parah.
Kehilangan banyak darah selama menstruasi akhirnya membuat Anda rentan terhadap anemia.
KB hormon membantu mencegah anemia saat menstruasi dengan menyeimbangkan hormon dalam tubuh Anda.
Dikutip dari Mayo Clinic, alat KB yang Anda gunakan mengandung hormon yang dapat menipiskan rahim sehingga Anda tidak mengalami perdarahan secara berlebihan.
9. Mengatasi masalah kesehatan yang menjadi penyebabnya
Perdarahan parah saat menstruasi dapat menyebabkan anemia.
Oleh karena itu, mengatasi penyebab perdarahan parah, seperti tumor rahim, polip, gangguan fungsi ovarium, penggunaan KB non-hormonal, hingga kanker bisa mencegah anemia datang kembali.
Kunci mencegah anemia saat menstruasi adalah menjaga kecukupan zat besi dan mengatasi faktor penyebab menstruasi hebat.
Meski beberapa upaya pencegahan anemia di atas cukup mudah dilakukan, beberapa jenis anemia sayangnya tak dapat dicegah.
Anemia akibat kelainan genetik, seperti anemia sel sabit dan thalasemia adalah contohnya.